Sidik W Martowidjojo
Jakarta, Madina Line.Com – Pelukis Indonesia berusia 80 (delapan puluh) tahun beraliran paduan gaya impresionis, ekspresionis dan abstrak Sidik W Martowidjojo mengakui, masih punya cita-cita mendalam yang belum terealisasi dan siap direalisasikannya setelah usai acara Pameran Tunggal Sidik W Martowidjojo Illuminate yang menampilkan puluhan lukisan karyanya yang diselenggarakan di Museum Nasional, Jakarta, sejak 2 hingga 20 Maret 2017 oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
“Kalau saya diberi umur yang panjang, bisa bikin lagi pagelaran pameran lukisan yang lebih spektakuler lagi. Cita-cita saya ingin membuat pagelaran pameran lukisan yang bertema filsafat, yaitu bagaimana manusia kembali kepada sang maha pencipta, bagaimana manusia bisa menghayati kebesaran-Nya dan bagaimana manusia bisa bersyukur dengan kebesaran-Nya atas pemberian-pemberian-Nya,” ujar Sidik W Martowidjojo kepada wartawan Media Nasional.Co ketika ditemui disela-sela pembukaan Pameran Tunggal Sidik W Martowidjojo Illuminate di Museum Nasional, Jakarta, sejak 2 hingga 20 Maret 2017, Kamis (02/03/2017) malam.
Dikatakannya, soal tempat untuk pameran lukisan bertema filsafat masih dipikirkan. “Saya juga ingin memberitahu, bahwa kesuksesan saya selama ini, saya juga masih memiliki hutang ke pihak perbankan yang jumlahnya sangat besar,” akunya.
Oleh karena itu, Sidik mengharapkan kepada Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7 (tujuh) Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, agar seniman diberikan ruang dan bisa membina serta turut mendukung pembiayaan para seniman lukis dan budayawan bisa lebih kreatif. “Presiden Jokowi cukup perhatian terhadap bidang seni,” terangnya.
“Saya di dalam negeri kurang diperhatikan dan untuk itu, saya mengharapkan Indonesia memiliki bangsa yang kaya dan berbudaya. Indonesia harus betul-betul bisa menyatukan budaya dan Indonesia itu, bangsa yang memiliki banyak sukunya. Sebesar 2/3 (dua per tiga) suku-suku di Indonesia harus bisa disatukan lagi dan bagaimana kita menghidupkan lagi supaya ekonomi Indonesia bisa hidup lagi,” tandasnya.
Sidik W Martowidjojo lahir di Malang, Jawa Timur (Jatim), Indonesia, pada 24 September 1937. Sejak kecil, Sidik mencintai seni lukis, kaligrafi, sejarah, sastra, dan filsafat baik timur maupun barat.
Saat ini, Sidik telah menggelar kurang lebih 20 (dua puluh) pameran tunggal dan beberapa pameran bersama di Indonesia, Singapura, Malaysia, Perancis dan negara lainnya. Sidik merupakan pelukis Indonesia yang bisa berpameran tunggal di National Art Museum of China (NAMoC) pada 2007 dan selama 2 (dua) tahun berturut-turut (2013 hingga 2014) memamerkan karya lukisannya di Louvre Internationals Arts di Paris, Perancis.
Pada pameran di Louvre 11 hingga 14 Desember 2014, para pelukis yang berasal lebih dari 40 (empat puluh) negara membawa lebih dari 600 (enam ratus) karya dan setiap pelukis hanya boleh menampilkan 1 (satu) atau 2 (dua) karya. Namun, Sidik dapat menampilkan 21 (dua puluh satu) karya, bahkan mendapat ruang khusus untuk memamerkan karyanya.
Pada pameran bergengsi tersebut, Sidik mengusung tema “Pencerahan dari Timur” atau “Enlighten Orientalism”, di ajang ini lukisan berjudul “Jalan”, yaitu sebuah lukisan hitam putih sepanjang 2 x 7 meter persegi yang dibuat Sidik pada tahun 2004 memeroleh penghargaan Painting Gold Prize. Ia juga memeroleh “Medalle d’Orc” untuk juara umum.
Selain penghargaan yang diperolehnya dari Louvre, Sidik menerima juga beberapa penghargaan untuk karya-karya lukisannya pada pameran di NAMoC-Beijing 1 Mei 2007. Pameran bergengsi ini dibuka oleh Wakil Ketua (Waket) Parlemen China Periode ke-9 (sembilan) Wang Wen Yen dan Wakil Duta Besar (Dubes) Indonesia Mohamad Oemar karena dipandang berhasil melakukan pembaruan dalam seni budaya, Sidik menjadi satu-satunya orang dari luar Tiongkok yang diangkat sebagai anggota peneliti (Research Fellow) pada Chinese Academy of Art di Beijing, mulai 2007.
Lukisan Sidik dibuat menggunakan tinta cair (cat air) dengan pit atau kuas China (Chinese Caligraphy) di atas medium kertas bambu (Xien Ze) menggunakan teknik brush stroke atau Yo Chi Ho Chen (satu kali tarikan nafas). Sidik menggunakan teknik lukis barat dan timur serta memasukan unsur impresionisme barat ke dalam lukisan tinta Tiongkok.
Prestasi yang diraih Sidik, menginspirasinya untuk mengabadikan hasil karyanya dalam sebuah Museum Sidik W Martowidjojo. Visi yang mendasari pendirian museum ini, menyediakan sebuah ruang kreatif, tempat semua orang dapat menikmati hasil karya Sidik, sehingga hasil lukisannya akan lebih banyak berdaya guna dan diapresiasi oleh masyarakat Indonesia.
Museum yang diresmikan pada tanggal 3 Desember 2016 oleh Prof Dr Sri Adiningsih MSc selaku Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini menjadi simbol kepedulian Sidik akan perkembangan seni lukis Indonesia pada umumnya dan Yogyakarta khususnya. Museum Sidik W Martowidjojo memilih Kompleks Bale Raos Restaurant sebagai lokasinya.
Hal itu, memiliki alasan khusus, sebagai sebuah destinasi kuliner ternama di Yogyakarta yang berada dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, Bale Raos merupakan satu ikon favorit wisata kuliner Yogyakarta. Bergabungnya Museum Sidik W Martowidjojo di lingkungan Bale Raos merupakan bentuk dukungan Sidik terhadap kemajuan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sidik berharap museumnya juga akan menjadi bagian dari destinasi wisata budaya di Yogyakarta dan mendukung kemajuan seni rupa DIY. Acara ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (Murgap)