Suasana Seminar Nasional Yayasan Riyadhatul di Jakarta, baru-baru ini. (Foto : Murgap)
Jakarta, Madina Line.Com – Dalam rangka memeringati Hari Anti Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM), Yayasan Riyadhatul Ihsan menggelar Seminar Nasional (Seminas) Tanamkan Rasa Kemanusiaan untuk Menumbuhkan Keadilan dan Adab kepada Tuhan Yang Maha Esa, Alam Semesta dan Seisinya serta Sesama Manusia. Yayasan Riyadhatul Ihsan yang menaungi Lembaga Pendidikan Ketauhidan ISAQ Education Center, menyelenggarakan Seminar Nasional (Seminas) dengan tema “Tanamkan Rasa Kemanusiaan untuk Menumbuhkan Keadilan dan Adab kepada Tuhan Yang Maha Esa, Alam Semesta dan Seisinya Serta Sesama Manusia” di Gedung Joeang, Jakarta, Sabtu (10/12/2016) pagi ini.
Seminar ini dihadiri oleh pelajar, mahasiswa, organisasi kepemudaan, guru-guru dan peserta lintas lembaga, lintas agama dan lintas profesi ini diselenggarakan dalam bentuk obrolan santai dan tampilan seni, yang diawali dengan sambutan dari Ir Hj Sandra Sahelangi MBA selaku Ketua Yayasan Riyadhatul Ihsan dan menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Erry Riyana Hardjapamekas SE selaku mantan Wakil Ketua (Waket) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dr H Abdul Chair Ramadhan SH MH selaku Ahli Pidana Kasus Penodaan Agama, dan perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hj Yuni Budiastuti SE MBA selaku Pemimpin Redaksi (Pemred) Buletin Holistik Kehidupan, Dr Elisa Anggraeni STP MSc dari Buletin Holistik Kehidupan dan Bima Himawan Ramantika ST MM selaku Direktur ISAQ Education Center. Acara yang dipandu oleh Bima Himawan Ramantika ST MM (Direktur ISAQ Education Center) ini disampaikan dalam 3 (tiga) segmentasi dan dimeriahkan dengan beragam tampilan seni karya Susilawati Susmono, yang memiliki makna yang sangat dalam.
Tampilan seni yang dibawakan oleh ISAQ Talents mencakup pembacaan puisi yang berjudul “Nasihat kepada Diriku”, tampilan tari Kosongkan, tari Dhandanggula, tari Syukur serta tampilan lagu berjudul Sesal, Terpiatu dan Syukur. Pesan-pesan yang diangkat dalam Seminas ini, bahwa korupsi bukan hanya diatasi dengan cara kuratif (penindakan), tetapi juga preventif (pencegahan).
Demikian pula dalam aspek hukum, harus senantiasa ditegakan tanpa pandang bulu dan harus merujuk kepada hukum yang tertinggi, yaitu hukum Allah SWT, bukan akal-akalan manusia. Mari disadari, bahwa setiap peristiwa yang di hadapan kita, atas izin Allah SWT dan tentunya selalu ada pesan Allah SWT kepada manusia.
Kita hendaknya jangan terlalu mudah menghakimi, kecuali jika memang kita, orang-orang yang diberikan hak untuk itu. Peristiwa 212, membangun kita untuk selalu dapat memberikan respon positif atas apapun yang dihadirkan Allah SWT kepada bangsa Indonesia.
Hal ini hendaknya kita syukuri bersama. Pancasila dihadirkan kepada bangsa Indonesia untuk menghindarkan bangsa ini dari kejahatan kemanusiaan, seperti korupsi dan pelanggaran HAM. Mari kita taklukan ego kita, berjalan bukan atas kehendak kita, namun atas kehendak Allah SWT, sehingga dapat menjadi manusia Indonesia yang mampu mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Semoga pesan-pesan yang disampaikan dalam Seminas ini, gaungnya mampu mencapai pelosok negeri dan mengingatkan kita semua tentang pentingnya menanamkan rasa kemanusiaan untuk menumbuhkan keadilan dan adab kepada Tuhan Yang Maha Esa (TYME), alam semesta dan seisinya serta sesama manusia. (Murgap)