Sekjen Bamus Betawi Tahyudin Aditya Tegaskan Sekeras Apapun yang Terjadi di Masyarakat Tidak Pernah Terjadi Konflik Horizontal di Jakarta yang Meluas
Tahyudin Aditya
Jakarta, Madina Line.Com – Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menggelar acara Dialog Politik Kebangsaan yang mengambil tema “Pemajuan Kebudayaan Betawi” yang digelar di Hotel Acacia, Jakarta Pusat (Jakpus), Rabu (17/09/2025).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bamus Betawi Tahyudin Aditya mengatakan, Bamus Betawi mengurai konflik yang baru saja terjadi kemarin, sehingga Bamus Betawi ingin menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Karena bicara kebangsaan, tanggung jawab kita bersama. Apalagi, Bamus Betawi yang membawahi hampir 120 organisasi kedaerahan Betawi. Maka itu, menjadi tanggung jawab kita,” ujar Tahyudin Aditya kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui usai acara ini.
Dikatakannya, Bamus Betawi mengundang seluruh komponen organisasi pendukung Bamus Betawi dan mitra kerjanya, sehingga ada satu pemahaman yang sama bagaimana menjaga Jakarta. “Karena Jakarta ini adalah kota kita dan Bamus Betawi mengapa mempelopori acara ini? Karena Betawi ini masyarakat inti Jakarta. Artinya, kita sebagai pemilik Kota Jakarta sebagai tuan rumah, masyarakat inti harus menjaga itu agar semua masyarakat yang tinggal menetap mencari nafkah di Jakarta bisa tetap ada rasa keamanan. Ada rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan tenteram,” ungkapnya.
Dijelaskannya, pada saat terjadinya aksi demonstrasi kemarin, Bamus Betawi menjamin belum ada informasi kalau anggotanya ada yang ditahan pihak berwajib. “Kenapa? Karena dalam sejarahnya, masyarakat Betawi dan juga organisasi masyarakat (ormas) yang terhimpun di bawah naungan Bamus Betawi tidak pernah melakukan aksi demonstrasi itu,” tegasnya.
“Kenapa? Karena kita selalu memberikan pencerahan penting menjaga kota Jakarta. Tema Jakarta selaku kota global, dan berbudaya, kita wujudkan. Kan banyak kasus ya di daerah luar daerah Jakarta, konflik horizontal terjadi, kenapa? Padahal, mereka satu suku dan satu bangsa. Tapi kenapa di Jakarta berbagai macam suku ada di Jakarta bahkan menjadi miniaturnya Indonesia itu di Jakarta. Tapi kenapa tidak ada terjadi konflik horizontal? Karena adanya lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti Bamus Betawi yang mengurai itu,” ungkapnya.
Apalagi, sambungnya, Bamus Betawi dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) juga boleh menyatakan diri siapa saja yang dia cinta, sayang sama budaya Betawi, dan dia mengakui keberadaan Betawi itu bisa jadi anggota Bamus Betawi untuk menunjukkan, bahwa Bamus Betawi terbuka dan menjaga NKRI.. “Coba cek konflik horizontal di Jakarta hampir tidak pernah terjadi. Kecuali peristiwa besar seperti Malari, kerusuhan 1998, itu kejadian nasional,” paparnya
“Di ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tidak pernah terjadi konflik horizontal karena ada pengurai. Bentuk cara mengurai konflik. Tidak mungkin kita bikin slogan Jaga Jakarta tanpa ada tindakannya. Tindakannya ini kita undang semua organisasi di bawah naungan Bamus Betawi ikut dalam acara ini,” katanya.
Menurutnya, orang Betawi sebagai masyarakat inti kota Jakarta, dan Bamus Betawi menjaga agar tidak pernah terjadi konflik horizontal terutama pasca Pilkada DKI Jakarta, misalnya. “Sekeras apa pun yang terjadi di masyarakat tidak pernah terjadi konflik horizontal di Jakarta yang meluas. Coba di daerah lain, bakar-bakaran kantor. Padahal, satu suku dan satu bangsa. Tapi di Betawi atau di Jakarta ini semua suku ada. Kenapa? Karena kita sebagai masyarakat inti Jakarta melakukan dialog terus kepada kawan-kawan kita. Makanya, di Bamus Betawi ada anggota kita yang namanya bukan orang asli Betawi. Orang asal Sumatera ada. Nah, itu lah Bamus Betawi. Makanya, kita sayang sama kota Jakarta ini,” tegasnya.
“Kita sebagai masyarakat inti Jakarta dan Bamus Betawi harus menunjukan identitasnya. Ciri punya karakter. Karakter yang harus disampaikan karakter itu kuat di Bamus Betawi, sehingga karakter itu bisa menjaga keutuhan. Harusnya dia tahu jati dirinya dan apa yang harus dilakukan. Ini bagian dari itu mengurai konflik. Ini yang harus kita lakukan di 5 (lima) wilayah di Jakarta, menggelar Dialog Kebangsaan dan besok juga ada lagi acara kita buat pasca Jakarta bukan lagi ibukota agar kita menyiapkan diri Jakarta bukan ibukota, kita siap songsong hal itu,” katanya.
Ia mengatakan, Jakarta kota bersama. “Kita rawat dan kita jaga, sehingga menjadi tempat tinggal yang indah, enak, tenteram dan aman. Carilah nafkah di Jakarta ini secara maksimal dengan cara kebersamaan menjaga keutuhan NKRI ini harga mati,” tandasnya
Sebagai keynote speech (pembicara) dalam acara ini ada Enzar dari Kesejahteraan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol), Syarif Hidayatullah dari Majelis Kaum Betawi, Aida Maqbuloh seorang akademisi. (Murgap)