Presidium GSI Sumsel Charma Afrianto (pertama dari kiri) dan Koordinator PA 212 foto bersama anggota pada acara diskusi GSI, Sabtu malam (09/08/2018) yang digelar di Hotel Alia, Jakpus, selama 2 hari sejak Sabtu siang hingga Minggu sore (09-10/08/2018). (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) menggelar acara diskusi selama 2 (dua) hari, sejak Sabtu siang hingga Minggu sore (09-10/08/2018). Acara diskusi ini menampilkan pembicara pengamat politik Rocky Gerung, Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet, Mantan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Rizal Ramli hingga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.
Acara ini dihadiri oleh seluruh Ketua dan pengurus GSI dari seluruh Indonesia. Tampak hadir dalam acara ini Presidium GSI Sumatera Selatan (Sumsel) dan Koordinator Pejuang Aksi (PA) 212 Charma Afrianto.
Ia mengatakan, kehadirannya ke acara diskusi ini atas undangan dari Ratna Sarumpaet yang disampaikan langsung. “Kemudian, dalam ranah saya sebagai aktivis muslim di Sumsel yang senantiasa tidak ada hentinya berhadapan dengan rezim hari ini dan saya berkeyakinan, bahwa sebentar lagi, Indonesia akan lepas landas dan di 2019, kita punya semangat yang sama yakni 2019 ganti presiden,” ujarnya kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di sela-sela acara ini.
Dikatakannya, kehadirannya ke acara ini untuk memberikan sebuah inspirasi, saran dan masukan kepada seluruh GSI di Indonesia, khususnya DPP GSI agar GSI benar-benar konsisten untuk menyelamatkan Indonesia dengan cara memenangkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia (Capres dan Cawapres RI) Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno (Sandiaga S Uno) sebagai Presiden dan Wapres RI 2019. “Sejak Joko Widodo atau Jokowi menjadi Presiden RI, harus kita akui beliau hadir di saat yang tepat, dan saat itu Indonesia membutuhkan figur pemimpin yang merakyat, ndeso, yang betul-betul figur yang bisa diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita percaya, kala itu, Jokowi bisa merubah keadaan kondisi Indonesia yang sangat terpuruk dan bisa maju ke depan,” terangnya.
Namun, ternyata, sambungnya, dalam 4 (empat) tahun pemerintahan Jokowi, bisa dilihat dan dirasakan, terutama warga masyarakat di daerah Sumsel sebagai daerah Sumber Daya Alam (SDA) terbesar ke-3 (tiga) di Indonesia, dengan berbagai macam aneka tambang, minyak dan kelapa sawit di Indonesia, bahwa harga karetpun sekarang ini mahal, jangankan ibaratnya mau untuk membeli pulsa handphone (HP) atau telpon genggam, daya beli untuk membeli beras saja dari jual karet sudah tidak mampu. “Harga karet berkisar Rp4000 hingga Rp5000. Belum lagi, masyarakat Sumsel sudah tidak mampu untuk membeli minyak guna dipergunakan untuk operasional para nelayan, beli solar dan bahan bakar minyak (BBM) pun harganya sangat tinggi, sehingga kita merasa selama 4 tahun ini kita dibodohi oleh pemerintahan Jokowi,” ungkapnya.
Menurutnya, harga beli minyak per barel dengan harga USD65 hingga USD70, mestinya hari ini, kurs Rupiah ke Dollar tidak tembus hingga Rp14 ribu per dollar. “Pasalnya, saya juga praktisi pasar modal di Sumsel, jadi saya tahu kondisi Rupiah terhadap Dollar sedang melemah. Tapi ingat, kejadian tahun 1998, dengan kondisi harga minyak USD30 per barel, dan Rupiah Rp14 ribu. Hari ini, harga minyak, Indonesia dengan kekayaan minyak cukup besar, tapi Indonesia menjadi pengimpor minyak terbesar dan pengonsumsi minyak mencapai USD1,1 juta impor, kurs Rupiah hingga hari ini sudah hampir tembus ke angka Rp15 ribu. Artinya, kondisi Indonesia saat ini dibandingkan tahun 1998, Indonesia di ambang kehancuran ekonomi, sudah lampu merah,” urainya.
“Untuk itu, Pemerintah Indonesia saat ini harus dihentikan dan harus ganti rezim dengan menyelamatkan Indonesia dengan memenangkan pasangan Capres dan Cawapres RI 2019 Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno,” tegasnya.
Ia membandingkan kepemimpinan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto, Prabowo memiliki jam terbang kepemimpinan yang luar biasa. “Pertama, Prabowo diakui bukan hanya di Indonesia tapi di dunia. Kalau kita melihat, perjuangan membangun jaringan listrik di Indonesia bukan satu atau dua hari, bahkan Negara Yordania mengakui kepemimpinannya. Tetapi walaupun beliau diakui kepemimpinanya oleh negara asing, Prabowo anti asing. Beliau menyatakan, tidak akan mau Indonesia dikuasai oleh negara asing. Itu yang kita yakin, bahwa Indonesia ke depan akan mampu mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Kedua, Prabowo didampingi Sandiaga S Uno. Menurut saya, Sandiaga bukan hanya pebisnis yang sukses di tanah air saja tapi pebisnis yang relijius. Kenapa dikatakan pebisnis yang relijius? Indonesia hari ini telah terjadi persekusi ulama di mana-mana, Islam dikebiri di mana-mana oleh Pemerintah Jokowi dan Islam diadu domba. Dengan hadirnya pasangan Capres dan Cawapres RI 2019 Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno bisa menjadi angin cerah dan surga yang baik untuk Indonesia,” tuturnya.
“Apalagi, partai politik (parpol) pendukung Capres dan Cawapres RI 2019 Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno adalah parpol koalisi umat bukan parpol penista agama. Itu yang kami sangat yakin, Indonesia lepas landas di 2019 dengan cara menangkan pasangan Capres dan Cawapres RI 2019 Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno dan selamatkan Indonesia,” tandasnya. (Murgap)