Ustadz HM Aziz Hidayatullah
Jakarta, Madina Line.Com – Tokoh spiritual yang juga Ketua Presidium Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) Ustadz HM Aziz Hidayatullah mengatakan, untuk Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia (Capres dan Cawapres RI) tahun 2019 ada 2 (dua) Pasangan Calon (Paslon) Presiden dan Cawapres RI yang akan maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) RI tahun 2019.
“Kedua Paslon Capres dan Cawapres RI 2019 adalah orang-orang pilihan dan sosok yang maju adalah putra-putra terbaik Indonesia. Masing-masing kandidat Paslon Presiden dan Cawapres RI 2019 memiliki kelebihan. Saya melihat dari latar belakang pendidikannya,” ujar Ustadz Aziz Hidayatullah kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat (Jakpus), Senin malam (20/08/2018).
Dijelaskannya, Capres Joko “Jokowi” Widodo dan Cawapresnya Prof Dr KH Ma’ruf Amin mengenyam pendidikan di dalam negeri. “Walaupun sekolah di dalam negeri, keduanya punya kelebihan. Capres Jokowi sekolah di sekolah negeri dan hingga pendidikan tingginya pun kuliah di kampus negeri. Ia pernah sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tirtoyoso, Solo, Jawa Tengah (Jateng), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 01 Solo, Jateng, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 01, Solo, Jateng, hingga menamatkan kuliah Strata 1 (S-1) di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jateng. Sementara, Prof Dr KH Ma’ruf Amin berlatar belakang pendidikan seorang santri dan seorang kyai. Selain juga, ia seorang Islam, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tentunya, bukan hal mudah, seseorang bisa mencapai jabatan tersebut, kalau tidak memiliki kepiawaian dan kelebihan. Baik kelebihan dalam hal komunikasi antar sesama umat manusia, antar umat Islam ataupun umat Allah SWT lainnya,” papar Ustadz Aziz yang pernah menjadi tim sukses (timses) Capres dan Cawapres RI Jokowi-Jusuf Kala (JK) di tahun 2014 itu.
Ia menilai langkah-langkah politik Prof Dr KH Ma’ruf Amin sudah teruji juga. “Pasalnya, beliau selain yang serba mengenakan sarung, ternyata beliau adalah ahlinya komunikasi. Jadi jangan dikira Prof Dr KH Ma’ruf Amin itu bukan seorang pengusaha, malah beliau itu adalah gurunya pengusaha atau begawannya pengusaha. Jokowi pun sudah teruji track record (jejak rekam)-nya, pernah menjabat sebagai Walikota Solo, Jateng, dan pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Penghargaan yang diraih pun sudah banyak sekali,” urainya.
Dikatakannya, Jokowi tepat memilih Cawapresnya Prof Dr KH Ma’ruf Amin karena dinilai dari pengalamannya, di sisi lain, pertimbangan-pertimbangannya sesuatu langkah yang bijak perlu diambil Jokowi untuk mengurangi gesekan sosial. “Makanya, ketika Jokowi ingin memilih Cawapresnya Prof Dr Mahfud MD, saya menyampaikan, Prof Dr Mahfud MD bagus juga, dan teruji, selain tokoh nasional juga seorang negarawan. Prof Dr Mahfud MD juga sosok yang legowo dan saya bilang, Prof Dr Mahfud MD ini bagus jadi Cawapresnya Jokowi, tapi alangkah lebih baik lagi kalau Prof Dr KH Ma’ruf Amin lah yang menjadi Cawapresnya Jokowi,” tegasnya.
“Prof Dr KH Ma’ruf Amin adalah sosok yang bisa meredam statement-statement (pernyataan-pernyataan) agamis yang berbau Suku, Agama, Ras dan Adat istiadat (SARA). Jadi yang selama ini ada pernyataan dari masyarakat Indonesia, bahwa Jokowi dianggap pembela orang kafir, anti Islam, malah ada pihak yang menuduhnya komunis, dan ia dituduh berasal dari suku Tionghoa lagi, makanya, kalau Jokowi dianggap berasal dari ras Tionghoa, saya tahu persis kok latar belakang keluarga Jokowi,” katanya.
Menurutnya, ayah kandung Jokowi berasal dari kader NU. “Justru orang tua (ortu) keturunan dari suku Tionghoa adalah Capres Prabowo Subianto, Hasyim Djoyohadikusumo yang berasal dari suku Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Sebenarnya, latar belakang keluarga kedua Paslon Capres dan Cawapres RI 2019 itu tidak perlu dipermasalahkan. Pasalnya, terpenting kriteria ideal Presiden RI 2019 itu adalah sosok yang bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik daripada hari ini,” tuturnya.
Pasalnya, sambungnya, menangani ataupun mengurus bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak mudah tapi susah. “Dengan banyaknya jumlah penduduk Indonesia dan penduduk yang majemuk, dengan keyakinan yang berbeda-beda pula, kemudian, Indonesia adalah negara kepulauan, jadi tidak semudah pemerintah Singapura, yang luas negaranya sebesar 1 (satu) pulau atau satu kota di Indonesia. Begitupula, seperti Malaysia ataupun Brunei Darussalam, itu mudah menjadi pemerintahnya. Kalau di Indonesia, memerintah itu sulit. Kalau tidak dipimpin oleh seorang pemimpin yang betul-betul bijaksana yang mengedepankan kepentingan bangsa dan NKRI akan kacau,” jelasnya.
Dikatakannya, apabila kemarin Capres Jokowi tidak mau kooperatif memilih Cawapresnya Prof Dr KH Ma’ruf Amin, maka demo ulama 212 di Monumen Nasional (Monas), Jakpus, bisa ditunggangi oleh pihak provokator. “Pemerintah Amerika Serikat (AS) sudah siap mencaplok wilayah NKRI, dan bisa nasib Indonesia sama dengan Suriah dan negara-negara lain yang kacau. Kenapa saya tadi menyebut Paslon Presiden dan Cawapres yang akan maju di Pilpres RI 2019 adalah putra-putra terbaik Indonesia? Pasalnya, Capres Prabowo Subianto dan Cawapresnya Sandiaga Salahuddin Uno juga adalah putra-putra terbaik di Indonesia. Coba dilihat, Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno sekolah hingga kuliah di luar negeri,” ungkapnya.
“Jadi tinggal masyarakat Indonesia yang memilih Paslon Presiden dan Cawapres RI yang terbaik dari yang baik di Pilpres RI 2019. Namanya Pilpres RI 2019 itu kan hak demokrasi seluruh masyarakat Indonesia. Warga Negara Indonesia (WNI) yang memunyai hak pilih suara di Pilpres RI 2019 silahkan pergunakan haknya untuk memilih Capres dan Cawapresnya sesuai dengan hati nuraninya masing-masing dan jangan sampai termakan oleh pemberitaan hoax (bohong) atau fitnah,” imbaunya.
Ia berpesan masyarakat Indonesia jangan termakan dengan isu yang tidak benar atau hoax yang disebarluaskan di media sosial (medsos). “Sekarang ini saya melihat para timses kedua Paslon Capres dan Cawapres RI 2019 menghalalkan segala cara dengan melakukan black campaigne (kampanye hitam). Black campaigne itu kan kampanye bohong. Kalau menggunakan negatif campaigne diperbolehkan karena melemahkan lawan politik menggunakan data-data akurat yang bisa diadu dengan data Paslon Presiden dan Cawapres lainnya. Pasalnya, kalau data hoax itu kan tidak bisa dihapus karena melalui media digital dan anak cucu kita nanti akan melihat dan tidak akan tahu mana berita yang benar atau tidak benar,” tandasnya. (Murgap)