Kadisnakertrans Provinsi Banten Hamidi (pertama dari kiri) menerima cinderamata dari Karo Humas Kemenaker Sahat Sinurat (pertama dari kanan) disaksikan Kabag Pendapat Umum dan Pemberitaan (PUP) Humas Kemenaker Subhan (tengah) di Kantor Disnakertrans Provinsi Banten, Jum’at siang (21/07/2017). (Foto : Murgap Harahap)
Banten, Madina Line.Com – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Provinsi Banten Hamidi mengakui, tingginya angka pengangguran di Banten tak sebanding dengan jumlah perusahaan yang ada di Banten. Padahal, jumlah perusahaan di Banten yang tercatat secara resmi sebanyak 14.327 (empat belas ribu tiga ratus dua puluh tujuh) perusahaan.
“Semua itu terdiri dari perusahaan besar, sedang, dan kecil. Bahkan, perusahaan terbesar di dunia ada di Banten,” kata Hamidi kepada wartawan ketika ditemui dalam acara Press Tour Kemenaker 2017 dalam kunjungan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) ke Provinsi Banten, Jum’at siang (21/07/2017).
Ia menyebutkan, perusahaan terbesar dunia yang ada di Banten, bergerak di bidang penyediaan besi baja, semen, gas, dan kabel. “Semua jenis perusahaan ada di sini. Namun, mengapa angka pengangguran tetap tinggi di Banten?” tanyanya.
“Alasannya, karena angka kompetensi dan tingkat pendidikan masyarakat Banten yang masih rendah. Banten, 7,55% dari total jumlah penduduk 11 (sebelas) juta jiwa. Idealnya, angka pengangguran dapat ditekan. Hal itu karena pendidikan formal yang dicapai masyarakat Banten belum mampu menjawab tantangan pasar kerja,” ungkapnya.
Hamidi menjelaskan, lemahnya kompetensi masyarakat Banten terlihat pada lulusan sekolah, penduduknya yang rata-rata hanya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan kurang. “Sedikitnya, ada 65% masyarakat Banten yang belum memiliki kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kuliah,” paparnya.
“Penduduk kami pendidikannya rata-rata SMP ke bawah. Ada 65% lulusan SMP ke bawah. Sumber Daya Manusia (SDM) kami lemah, sehingga tak cocok apa yang dibutuhkan perusahaan,” kata Hamidi.
Oleh karena itu, imbuhnya, banyak upaya yang dilakukan oleh Disnakertrans Provinsi Banten, yakni dengan melatih masyarakat Banten di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Serang untuk kemudian disalurkan ke sejumlah perusahaan atau Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Sudah berbagai upaya ditingkatkan, yakni dengan Balai Latihan Kerja (BLK) agar masyarakat se-Banten punya daya saing, yaitu setiap tahun ada 880 (delapan ratus delapan puluh) orang. Sebanyak 85% dari mereka akan disalurkan atau ditempatkan ke perusahaan,” tegas Hamidi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran di Provinsi Banten berada di peringkat ke-4 (empat) tertinggi di Indonesia. Banten berada di posisi empat setelah Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat (Jabar), dan Maluku.
“Tingginya pengangguran di daerah tersebut membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten terus berbenah,” tandasnya. (Murgap)