Ketua Tim Korwil Wilayah 2 Tolikara Pemenangan pasangan Bupati Tolikara Manis dan Wabup Tolikara Usman Dinius, Bumone (pertama dari kiri depan berkacamata) foto bersama Ketua Distrik Tolikara (kedua dari kiri berkacamata belakang) Yorison Kohwer, Kepala Suku Adat Tolikara Martinus (ketiga dari kiri belakang) dan mahasiswa Uncend Amaten Nuda di Hotel Paragon, Jalan Wahid Hasyim, Jakpus, Selasa siang (04/04/2017). (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Ketua Tim Koordinasi Wilayah (Korwil) Wilayah 2 Tolikara Pemenangan pasangan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Tolikara dengan nomor urut 1 (satu) Manis dan Usman Dinius, Bumone mengatakan, kehadiran dirinya dan Bupati Tolikara dengan nomor urut 1 Manis ke Hotel Pentagon, Jalan Wahid Hasyim Jakarta, selama 2 (dua) pekan ini untuk menindaklanjuti keputusan bupati terpilih Tolikara, yang awalnya itu setelah dicoblos di Tolikara tidak ada satupun kejadian masalah pada waktu saat pleno atau pencoblosan dan sebanyak 18 (delapan belas) distrik di Tolikara memang benar-benar tidak tahu persoalan juga penjelasannya informasi 1 (satu) kali langsung keluar pemilihan ulang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Tolikara inisiatif dari Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu).
“Sementara, kami juga melihat ada tempelan di waktu pleno Kabupaten Tolikara. Kami kaget di situ tapi Panwaslu tidak ada di situ bekerja juga, makanya kita mau berkoordinasi tidak bisa. Nah, akhirnya Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Tolikara menunggu sampai pindah kantor di Polisi Sektor (Polsek) Tolikara hingga beberapa hari bekerja di situ. Sementara itu, kami mencari benar atau tidak. Sampai-sampai saya sudah sampai di sini, itu yang terkuak,” ujar Bumone kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di Hotel Paragon, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat (Jakpus), Selasa siang (04/04/2017).
Ia menjelaskan, harapan rakyat Tolikara itu ketika momentum Pilkada serentak 2017 kemarin perolehan suara untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebanyak 100% tetapi kursinya tidak ada tetapi buat Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7 (tujuh) Joko Widodo (Jokowi) visi dan misi yang bagus dan akhirnya warga Tolikara memberikan suara untuk Presiden Jokowi. “Tim Sukses (Timses) Jokowi di Papua itu, selidiki visi dan misi bekerja untuk rakyat itu mereka tidak melihat dan tidak mengerti terhadap rakyat Tolikara dan manipulasi dari Panwaslu dan KPUD dan Mahkamah Konstitusi (MK) kembali ke pemilihan bupati (Pilbup) ulang di Tolikara,” terangnya.
“Ini persoalan berat dan pertimbangan Jokowi serta Timses Jokowi. Suara 1 dari Papua itu suara mutlak dari Tolikara. Itu masih ada jabatan Bupati Tolikara Usman Wanimbo. Jadi itu kami akan pulang ke Tolikara dengan kekecewaan tapi rakyat tabah dan membikin menderita hanya pikiran untuk pasangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden (Wapres) RI Muhammad Jusuf Kalla (JK),” paparnya.
Oleh karena itu, sambungnya, rakyat Tolikara memiliki loyalitas bekerja bersama-sama membangun Indonesia yang bagus seharusnya seperti itu. “Tidak ada orang sampai menguras pikiran dan tidak ada gerakan hanya untuk rakyat kerjanya pemimpin di negeri ini dan pemikiran itu yang nilai rakyat Tolikara,” tuturnya.
“Jadi ini kepentingan politik atau apa?” tanyanya.
Dijelaskannya, pihaknya berat dan kembali ke Tolikara tidak tahu nanti bertanyanya rakyat Tolikara apa? “Kami tidak ada masalah. Jadi persiapan lapor ke rakyat Tolikara, mereka akan untung atau tidak? Jadi beban moral buat kami,” terangnya.
Ia mengakui, waktu pencoblosan Pilkada serentak 2017 di Kabupaten Tolikara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak ada masalah bahkan sampai di distrik hingga kabupaten tidak ada masalah tetapi kenapa Panwaslu meminta ulang lagi pencoblosan suara. “Kita mencurigai dugaan adanya campur tangan Timses Jokowi di Papua dan Panwaslu. Nama orang Panwaslu di Tolikara, Jordan Jigwa,” katanya.
“Kemarin, Calon Bupati (Cabup) Tolikara Jete dari PDIP yang meminta gugat. Jadi saya bicara ini hanya pikiran rakyat Tolikara,” ungkapnya.
Menurutnya, kalau sudah keputusan seperti itu, rakyat Tolikara bisa mengerti dan Indonesia ini dihargai lewat hukum. “Hukum itu terakhir dari keputusan. Tapi lemahnya rakyat Tolikara yang sebenarnya tidak ada yang melihat hasil pribumi. Di Tolikara, sejak dari pemekaran sampai sekarang tidak ada persoalan dan masalah lain-lain serta bentrokan dari lain-lain juga tidak ada. Rakyat Tolikara harus ikut pembangunan dan tiap tahun jalan,” tegasnya.
“Hanya sementara ini, ke orang ke orang kami pikir siapa pelapornya yang meminta Pemilihan Bupati (Pilbup) diulang ini kami bingung. Kita sudah melapor ke Polisi Daerah (Polda) Papua dan tim serta pasangan Cabup Tolikara sudah bekerjasama dan kita kaget itu surat sampai ke MK dan MK keputusannya itu bagaimana? Kesalahan sebenarnya distrik itu ada tapi itu agak jauh tempatnya dan harus naik pesawat, namun soal benar atau tidaknya, kita waktu pleno itu tidak mengungkit dan kedelapan belas distrik ini tidak ada masalah satu pun,” jelasnya.
Menurutnya, KPU Provinsi Papua dan KPU Pusat harus ada niatan menjadi saksi dalam pemilihan ulang Pilbup di Tolikara. “Jadi biar KPU Pusat dan KPU Provinsi Papua tahu Pilbup Tolikara itu benar atau tidak. Ini keterangan yang jelas nyata seperti itu,” paparnya.
“Pasangan Manis, anak satu-satunya senior orang Tolikara. Rakyat Tolikara yang pertama kali jadi Bupati Tolikara. Manis merakyat dan tidak pernah mementingkan kepentingan pribadi. Contohnya, pembangunan jalan, seperti dulu tidak ada korupsi, banyak orang mati karena penyakit menular HIV/AIDS, pembangunan tidak pernah berjalan dengan baik, banyak kepentingan politik, dulu hanya ada satu partai politik (parpol) Partai Golongan Karya (Golkar) saja sampai meraih 23 (dua puluh tiga) kursi. Tapi sekarang semua parpol masuk karena Bupati Tolikara Manis ini. Harus punya rasa nasionalisme kalau ingin menjadi pemimpin di negeri ini,” katanya.
Dikatakannya, kalau tidak punya jiwa nasionalisme jangan ambisi ingin menjadi bupati atau pejabat daerah dan tidak boleh karena dampaknya bisa membuat menderita Warga Negara Infonesia (WNI). “Apalagi, kita ini orang Papua. Jadi orang tidak bekerja lalu di jalan ada orang berlalu lalang lalu dicurigai sebagai anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM). Jadi di Tolikara itu barisan merah putih. Jadi kita mau MK ini menggunakan data yang bagus itu yang mana? Saya pikir, saya tetap kembali pulang ke Tolikara. Pemilihan ulang kami terima karena kita anak negeri,” ujarnya.
Menurutnya lagi, menuntut atau tidak MK itu kebijakan Bupati Tolikara saat ini yang punya komponen. “Persoalan menggugat MK atau tidak tahu,” katanya.
“Kami terima ulang Pilbup Tolikara. Tapi jelas kami sanggah balik. Tapi pada saat pemilihan ulang, paling rakyat dan tokoh-tokoh pada bertanya kepada Panwaslu sendiri. Bukan kita juga toh? Tapi dia akan menjawab ada kesalahan sama siapa tepatnya,” tuturnya.
Dijelaskannya, yang masih menjadi tanda tanya besar terhadap Panwaslu, Pegawai Negeri Sipil (PNS) anak daerah Tolikara juga ada di sana. “Kita curiga untuk sementara ini, 100% itu Presiden Jokowi tetapi partainya kasih peluang ke Cabup Tolikara yang menggugatnya. Jadi kita ada kecurigaan bicara dari Korwil dan timnya. Kenapa tidak membantu rakyat juga? Kenapa sampai melapor ke Jakarta? Padahal, inisiasi rakyatnya duduk bersama-sama,” keluhnya.
“Jadi kandidat Jete tidak pernah mendukung Jokowi. Pihak yang memberikan suara naik untuk Jokowi sebesar 180 itu dari Kabupaten Tolikara, pihak yang mengkonsep dan mengkomando Usman Wanimbo memiliki sifat yang sama dengan Presiden Jokowi, sifat merakyat dan memiliki pemikiran yang sama untuk membangun negeri,” paparnya.
Ketika ditanya apakah sudah ada melayangkan surat pengaduan ke Presiden Jokowi dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (Ketum DPP) PDIP Hj Megawati Soekarnoputri? Ia menjawab belum sempat tapi sudah diwacanakan.
Ke depan, sambungnya, kepentingan parpol ada. “Pada tahun 2016, PDIP tidak mendapatkan kursi dan Partai Golkar menguasai pada saat Bupati Tolikara Jete. Tapi sekarang ini Usman naik, Jete tidak ada memberikan kursi hanya 2 kursi. Ini orang nasionalis yang hebat dan pertimbangan itu menyesal rakyat dan kami dari tim menyesal juga,” katanya.
“Kandidat Bupati Tolikara Manis, jelas kami sudah terima Pilkada ulang dan kami akan kembali ke Tolikara dan kami tidak ragu pasangan Manis, anak Tolikara yang pertama dan akan menang mutlak,” urainya.
Ia mengharapkan Megawati Soekarnoputri jangan kepentingan politik Tolikara disamakan dengan Papua. “Pikiran rakyat Tolikara itu yang Megawati Soekarnoputri harus pegang dengan Presiden Jokowi. Pelayanan semua merangkul rakyat dengan tujuan menyukseskan jiwa nasionalisme dan nasionalis pembangunan itu mengerti baik kandidatnya,” tandasnya. (Murgap)