Suasana Seminar Nasional “Pancangkan Tekad Guru Bangsa untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang digelar oleh Yayasan Riyadhatul Ihsan di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (26/11/2016) pagi. (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Dalam rangka memeringati Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November 2016, Yayasan Riyadhatul Ihsan yang menaungi Lembaga Pendidikan Ketauhidan ISAQ Education Center menyelenggarakan Seminar Nasional (Seminas) bertema “Pancangkan Tekad Mewujudkan Guru Bangsa untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” di Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Sabtu (26/11/2016) pagi ini.
Seminas yang dihadiri oleh pelajar, mahasiswa, organisasi kepemudaan, guru-guru dan peserta lintas lembaga, lintas agama, dan lintas profesional ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa. Seminas ini diawali dengan sambutan dari Hj Sandra Sahelangi MBA selaku Ketua Yayasan Riyadhatul Ihsan, yang menyampaikan, bahwa ketika kita berbicara tentang cerdas, maka pikiran kita langsung tertuju kepada pendidikan dan sarana pendidikan.
“Padahal, jika kita merujuk kepada kakek dan nenek moyang kita, para nabi dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, serta para wali dan abad nabi sampai saat ini, yang dimaksud dengan sekolah bukan hanya terbatas pada pendidikan formal, tetapi pada luasnya wawasan serta cakrawala berfikir. Guru Bangsa akan lahir, apabila mereka tidak terbatas hanya mengenyam pendidikan formal, tetapi dari banyaknya pembelajaran dari sekolah kehidupan, yang merupakan aplikasi secara konkret, dimulai dari mencari jati diri, dan mengenal diri sampai mengenal Sang Maha Kuasa,” katanya.
Dikatakannya, siapa yang mengenal dan menjalani sekolah kehidupan dan terus meningkatkan mutu pekerjaannya dalam kehidupan serta terus memerbagus karya, tentu akan disayangi oleh Allah SWT. “Guru Bangsa yang hanya mengandalkan otaknya, hanyalah Guru Bangsa dalam kacamata manusia,” tegasnya.
Menurutnya, dibangga-banggakan, namun hasilnya hanyalah semu, bangsa Indonesia, bangsa yang besar. “Oleh karena itu, tentunya mengharapkan lahirnya Guru Bangsa yang sejati, yang membawa sifat 20 (dua puluh) Allah SWT dalam mendidik. Tidak akan lahir sebuah bangsa yang besar, jika di dalamnya putra dan putri bangsa hanya cerdas secara otak dalam dunia akademis tetapi tidak cerdas secara sekolah kehidupan,” terangnya.
Acara ini juga menghadirkan narasumber DR rer nat Ir Hj Krisnani Setyowati selaku Direktur Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu Tauhid Tunas Sejati. Ia memaparkan, bahwa dalam mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, para Guru Bangsa harus lulus sekolah kehidupan.
Sesi ini dipandu oleh Hj Yuni Budiastuti SE MBA dan selanjutnya Marsma TNI (Purn) A Gani Yusuf SIP selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Yayasan Empat Pilar Kebangsaan menyampaikan, bahwa pembelajaran dari seorang Guru Bangsa harus bersifat universal. Sesi ini dipandu oleh H Sukardono Utomo BE dan dilanjutkan oleh Bima Himawan Ramantika ST MM menyampaikan, bahwa untuk menjadi Guru Bangsa tidak boleh terputus mata rantainya dengan para Guru Bangsa dalam sekolah kehidupan.
Sesi ini dipandu oleh Sedardjuningsih dan setelah visualisasi permasalahan bangsa, tampilan lagu Ibu Pertiwi dibawakan oleh Saskia Tasnim Utami dengan iringan gitar oleh Tomi Tri Andianto. Untuk menghormati jasa para guru, selain Hymne Guru yang dibawakan pada awal acara, lagu Terimakasihku dilantunkan oleh Saskia Tasnim Utami dan tampilan puisi untuk Guru Bangsa dibawakan oleh Nuzulia Hasanah dan Sandy Feriando.
Acara Seminas ini juga diisi dengan tampilan seni tari Sufi dan tari Dhandanggula oleh ISAQ Education Center Talents. Tari Dhandanggula menggambarkan hasil yang manis dari seorang Guru Bangsa yang mampu meng-0 (nol)-kan keberadaan diri dan mencabut ke-ego-an, sehingga timbul rasa nasionalisme dan kebangsaan yang tinggi.
Semoga pesan-pesan yang disampaikan dalam seminar ini, gaungnya mampu mencapai pelosok negeri dan mengingatkan kita semua tentang pentingnya para Guru Bangsa untuk lulus sekolah kehidupan karena mengenal Sang Pemilik Kehidupan. Kehidupan di sini, kehidupan yang holistik, yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik lahir maupun bathin, yang kesemuanya tidak terlepas dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Murgap)