Dahlan Watihellu
Jakarta, Madina Line.Com – Pasca kasus penistaan agama Islam yang dilakukan oleh tersangka Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, banyak Isu atau pernyataan serta infomasi hoax (berita bohong) kian marak beredar di media sosial (medsos), seperti Facebook (FB) Twitter, grup WhatsApp (WA), begitu juga dengan grup BlackBerry Messanger (BBM) dan medsos lainnya.
Bukan saja itu, dalam pemberitaan pada masing-masing media audio visual bahkan media online yang tidak berintegritaspun sangat terkesan seakan mengadu domba serta menghasut sesama masyarakat Indonesia yang berbeda agama. “Fenomena ini terjadi sepertinya diindikasi ada orang-orang atau aktor oknum yang sengaja memainkannya secara terstruktur, sistematis, dan masif dengan tujuan untuk menghancurkan persatuan Indonesia yang hingga hari ini masih terawat dengan baik,” ujar Dahlan Watihellu pemuda Maluku ini kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di Jakarta, Selasa siang (21/12/2016).
Serangkaian dugaan aksi ini dapat dikatakan telah berhasil mengkooptasi dan memengaruhi pemikiran sebagian kalangan masyarakat Indonesia yang berbeda agama, sebab informasi yang datang langsung ditelan mentah-mentah tanpa disaring, dikaji atau dikonfirmasi terlebih dahulu untuk mengecek keabsahannya. “Dengan demikian, bahwa timbul sikap, pemikiran, dan cara pandang yang cenderung sentimen serta saling curiga dalam menyikapi suatu permasalahan. Akibatnya, terjadi perbuatan saling hujat-menghujat antar agama, hina menghina Tuhan yang Maha Esa (TYME), serta mencela tokoh-tokoh agama di medsos,” katanya.
“Wahai masyarakat Indonesia, apakah The Founding Fathers (para pendiri negara) kita mengajarkan kita untuk saling sentimen, curiga, hujat menghujat dan saling menghina dalam kehidupan bernegara?,” tanyanya.
Tentu tidak, imbuhnya, karena The Founding Fathers kita mengajarkan kita agar saling menghargai perbedaan beragama. Oleh karena itu, ia mengharapkan, agar jangan ada pergantian nilai-nilai Pancasila yang diwariskan kepada kita dengan sentimen, curiga, hujat menghujat dan saling menghina.
“Mari kita menghargai The Founding Fathers kita, dengan cara menjaga dan merawat perbedaan beragama dalam keutuhan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ajaknya.
Maka dari itu, sambungnya, masyarakat harus melawan orang-orang atau aktor yang menyebarkan isu, pernyataan, infomasi hoax serta medsos penghasut dan adu domba sebagai wujud kebersamaan. (Barto)