Sekjen APJII Zulfadly Syam (tengah) didampingi dua orang Direktur BAKTI Kominfo sebagai narasumber saat memberikan paparan hasil survei penggunaan internet di limgkungan masyarakat Indonesia pada acara konferensi pers di kantor Sekretariat APJII Lantai 11, Gedung Cyber 1, Jaksel, Selasa (17/09/2024). (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI) melaksanakan acara Launching Potret Penetrasi Digital Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) dan Arah Pembangunannya di kantor Sekretariat APJII Lantai 11, Gedung Cyber 1, Jakarta Selatan (Jaksel), Selasa (17/09/2024).
Hadir dalam acara ini memberikan sambutan Ketua Umum (Ketum) APJII Muhammad Arif, Direktur Utama BAKTI Kominfo Fadhilah Mathar dan Direktur Telekomunikasi Kominfo RI Ayu Widya Sari ST MT. Sekretaris Jenderal (Sekjen) APJII Zulfadly Syam dalam paparannya menjelaskan, APJII bekerjasama dengan BAKTI Kominfo siap melakukan upaya memfilter situs judi online (judol).
“Sebesar 48,10% responden mengaku mengetahui tentang judi online, namun tidak pernah menggunakannya. Sisanya yakni 46,40% menyebut tidak pernah tahu soal judi online dan tidak pernah coba-coba,” ujar Zulfadly Syam kepada wartawan saat acara konferensi pers.
Ia menjelaskan, alasan mengapa judi online masuk dalam survei, awalnya dikarenakan adanya informasi-informasi dari desa yang melihat perubahan perilaku pada masyarakatnya. “Kami mendengar informasi di desa-desa, misalnya kami mendengar di Aceh ada kebiasaan habis Maghrib mengaji, kemudian ada ustadz di sana info kepada saya, kenapa masuk internet mengubah yang tadinya habis Maghrib mengaji jadi main slot? Di sini kami ingin mengetahui ada tidak perubahan perilaku,” ungkapnya.
Dari hasil survei, ia berpendapat, bahwa literasi dapat mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan internet. “Akses literasi yang tidak bagus, maka akan berdampak pada kegiatan yang kurang produktif,” jelasnya.
APJII pun mengaku telah merencanakan berbagai hal untuk meredam merebaknya judi online. “Salah satunya dengan melakukan komunikasi intens dengan Kominfo dan asosiasi operator seluler,” katanya.
“Kita punya solusi yang juga cukup bagus dan disampaikan ke Kominfo. Memberantas judi nggak gampang, kamuflasenya besar. Game paling sering. Dia kayak amuba, dibunuh 1 tumbuh 1000. Blok satu, muncul lagi 10. Blok 10 muncul 100 dan blok 100 tumbuh 1000,” terangnya.
Apalagi, sambungnya, Indonesia termasuk dari sedikit negara yang peduli untuk memberantas judi online. “Ini menjadikan tantangannya makin besar,” paparnya.
“Di Asia Tenggara yang berantas judi online paling kita dan Brunei Darussalam. Negara yang lain, Asia Tenggara boleh-boleh saja, main slot, berbisnis di sana. Kita sangat minim berantas judi online,” tandasnya. (Murgap)