Ketua Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat periode 2017-2022 Dr Habib Idrus Al Hamid SAg MSi (tengah) foto bersama Ketum Bakomubin Dr Ali Muchtar Ngabalin (pertama dari kiri) dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nazaruddin Umar MA usai acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Pusat Bakomubin Periode 2017-2022 yang dilakukan oleh Ketum Bakomubin Ali Muchtar Ngabalin di Masjid Cut Meutia, Jakpus, Jum’at malam (10/03/2017). (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Ketua Badan Koordinasi Mubaligh Se-Indonesia (Bakomubin) Koordinasi Wilayah (Korwil) Papua dan Papua Barat periode 2017 hingga 2022 Dr Habib Idrus Al Hamid SAg MSi mengatakan, program kerja Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat, mulai mencoba untuk mengembalikan citra Islam yang selama ini dipandang dengan pandangan-pandangan minoritas, sehingga Islam nanti yang muncul di daerah timur Indonesia itu, Islam betul-betul rahmatan lil alamin, diwujudkan dalam bentuk aplikasi karya nyata bukan karya-karya kata.
Demikian hal itu dikatakan Idrus Al Amin kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui usai acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Pusat Badan Koordinasi Mubaligh Se-Indonesia (Bakomubin) periode 2017-2022 yang dilakukan oleh Ketua Umum (Ketum) Bakomubin Dr Ali Muchtar Ngabalin di Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat (Jakpus), Jum’at malam (10/03/2017).
Dikatakannya, selama ini Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat selalu menggelar program-program yang dipandang ternyata memiliki makna, seperti anti terhadap komunitas tertentu, slogan-slogan yang nilai bahasanya sekredasi, membatasi orang lain terhadap sebagainya, padahal di Indonesia bagian timur itu, hubungan kekerabatan sangat erat. “Jadi agama itu, memiliki ruang yang suci dan kekerabatan memiliki nilai-nilai yang sudah tumbuh dan berkembang, seperti Papua dan Papua Barat,” katanya.
“Di Papua dan Papua Barat, agama tidak dijadikan alat untuk konflik tetapi sesungguhnya kalau ada konflik itu, harus diperhatikan, bahwa ada aktor-aktor politik yang mungkin saja menjadikan agama sebagai trigger atau pemicu untuk konflik, meskipun sekarang itu, konflik masih laten,” katanya.
“Kebhinekaan dalam Republik Indonesia (RI) ini dan kecintaan terhadap Negara Kesatuan RI (NKRI) yang dikatakan harga mati itu, hanya dapat diwujudkan oleh karya-karya nyata bukan karya kata,” tukasnya.
Dijelaskannya, lewat Bakomubin di Papua Barat dan Papua itu, para Mubaligh mulai membaik. “Akulturasi budaya ini kekayaan bangsa Indonesia. Jadi antara agama dan budaya bersentuhan di ruang publik harusnya memberikan makna tetapi berbeda. Saya kasih perumpamaan saja, tahlil itu, ada sumber Sar’inya. Tetapi harus diakui, bahwa itu, bukan Sar’i tetapi itu, syiar. Jadi coba disyiarkan. Pada saat orang berkumpul khususnya di Papua, dianggap syiar dan itu, sangat menarik,” katanya.
“Program kerja Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat pengkaderan calon para Mubaligh atau pelatihan bagi Mubaligh muda, dan Mubaligh yang betul- betul moderat itu, mampu mengajak masyarakat mengimplementasikan Islam yang rahmatan lil alamin dalam bentuk-bentuk kerja nyata, pengajian, atau bentuk pengkajian di dalam majelis taklim,” terangnya.
Dikatakannya, wakil-wakil kepala daerah, provinsi dan daerah itu, kebanyakan umat muslim. “Artinya apa? Aktor politik di lokal itu, sudah tidak memersoalkan perbedaan agama. Cuma memang identitas diri itu, penting karena calon gubernur (cagub) harus putra asli Papua itu. Kalau tidak, hadirnya Republik Indonesia (RI) untuk apa di Papua? Pasti untuk mengangkat harkat serta martabat putra-putra daerah Papua, sehingga pada posisi tertentu boleh saja cagub harus putra Papua dan wakil gubernur (Wagub) mungkin putra asli Papua tetapi mungkin ada yang bukan. Jadi identitas diri itu, bagian kontribusi RI terhadap putra-putra terbaik. Jadi kaderisasi calon Mubaligh yang sedang dilakukan saat ini,” katanya.
“Saya akan membentuk Bakomubin di kabupaten dan kota di Papua dan Papua Barat. Saat ini, Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat sedang melakukan konsolidasi atau setelah acara pelantikan ini baru nanti akan ada action (aksi) sampai ke kabupaten dan kota Papua dan Papua Barat termasuk di Sarwi dan Kerong perbatasan Papua Nugini,” ungkapnya.
Jumlah kader Bakomubin Korwil Papua dan Papua Barat, sambungnya, sudah ada banyak dari kalangan mahasiswa dan tujuannya untuk memberikan ceramah agama di perbatasan dan kurang lebih selama 32 (tiga puluh dua) tahun tidak pernah ada. “Mahasiswa terbaik tentunya yang kita taruh di wilayah perbatasan,” tandasnya. (Murgap)