Neng Humairoh
Jakarta, Madina Line.Com – Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (Ketum GPII) Putri Neng Humairoh mengatakan, fenomena mahasiswa saat ini norma-norma aksi pergerakannya sudah mulai bergeser.
“Ada norma-norma yang berlaku ketika sebuah gerakan dilakukan, dan gerakan itu terjadi, bahwa gerakan itu ada yang menjadi kittah dan ghirahnya di dalam aksi gerakan mahasiswa itu sendiri. Ketika norma-norma itu bergeser atau terjadi pergeseran secara eksternal, misalnya seperti eksistensi ekonomi, dan faktor lainnya, itu bisa menggeser nilai-nilai perjuangan mahasiswa,” ujar Neng Humairoh kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di sela-sela acara Diskusi Publik Gerakan Mahasiswa Pemuda Bela Bangsa dan Rakyat yang mengambil tema “Peran Pemuda dan Mahasiswa Dalam Mengawal Ke-Utuhan NKRI” dengan narasumber Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Gatot Nurmantyo, Prof Dr Ir Abdul Basith MSc, Mulyadi P Tamsir (Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atau PB HMI), Karman BM (Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia atau GPII) yang diwakilkan oleh Neng Humairoh (Ketum GPII Putri), Erlanda Juliansyah SH MH (Tenaga Ahli Komisi III DPR RI), dan Putra Revolusi Kerommoth di Gedung Joeang ’45, Jakarta Pusat (Jakpus), Selasa siang (18/04/2017).
Dikatakannya, hal ini memang tidak mustahil ketika terjadi sebuah virus di kalangan gerakan mahasiswa dan bisa melemahkan perjuangan mahasiswa. “Kenapa bisa begitu? Kalau sebuah gerakan dilandasi dengan nilai-nilai moralitas dan tanggung jawab yang tinggi, bahwa moral pemuda dan mahasiswa itu masih memiliki hak dan tanggung jawab yang lebih tinggi, bahwa sebagai kontrol sosial bagi kinerja Pemerintah Republik Indonesia (RI), jelas menyerahkan hati nurani seluruhnya,” paparnya.
“Bisa disebutkan gerakan mahasiswa saat ini sebagai sebuah penyimpangan, yang tadinya sebuah cita-cita yang luhur, sudah menyimpang sedikit tetapi kalau penyimpangan ini lama secara kontinyu terjadi, itu bisa merubah arah gerakan mahasiswa itu sendiri, bisa ke kanan atau ke kiri atau putar balik,” paparnya.
Ia menjelaskan, malah kemudian bisa menjadi sebuah bukan kontrol sosial lagi tapi bisa-bisa malah menjadi alat kekuasaan dan bisa menjadi apapun itu, karena mahasiswa itu memiliki potensi besar. “Potensi besar ini ketika sudah keluar dari konteksnya bisa menjadi bumerang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan bagi bangsa. Kaum pemudanya tidak puas, maka bisa dipastikan, bahwa NKRI bisa menjadi hilang karena kekuatan sebuah negara ada di pemuda dan mahasiswanya,” terangnya.
“Nah, hal ini yang harus diingatkan kembali bagi senior-senior seharusnya gerakan di era tahun 1998 Reformasi dan di era 1966, bahwa nilai yang harus dibangun itu dalam sebuah gerakan itu, nilai moral yang tidak boleh dikesampingkan dan tidak boleh dilupakan. Di luar itu, seperti eksistensi dan materi itu hanya pelengkap bukan semata-mata menjadi tujuan. Jangan gerakan pemuda dan mahasiswa saat ini menjadi gerakan taktis tapi jadilah gerakan moral,” imbaunya.
Ia menegaskan, penyimpangan ini kalau lama terjadi secara terus menerus akan menjadi bumerang bagi mahasiswa itu sendiri. “Ini yang sudah mengkhawatirkan,” katanya.
“Saya yang pernah mengalami sebelum gerakan Reformasi tahun 1998 khawatir dan ini mulai ada tanda-tanda, bahwa mahasiswa sebelum menjadi sebuah komunitas atau bisa menjadi apapun, apalagi dengan kehidupan yang glamor dan hedonisme saat ini harus diingatkan kembali, bahwa gerakan mahasiswa itu harus berlandaskan kepada gerakan moral,” paparnya.
Ia mengharapkan mahasiswa ketika mengadakan acara diskusi publik seperti ini, harus ada dialog-dialog yang interaktif dan lebih diarahkan kembali kittahnya dan ghirahmya. “Harapan saya, suatu saat nanti mahasiswa agar lebih mengkaji lebih dalam lagi, bahwa sebuah gerakan mahasiswa itu jangan menyimpang. Saya berharap, bahwa penyimpangan yang saat ini dicurigai agak melenceng harus diluruskan kembali karena harapan kita hanya kepada pemuda dan mahasiswa,” ungkapnya.
“Tidak ada harapan lain selain kepada pemuda dan mahasiswa. Apapun yang terjadi terhadap perubahan di negara ini adalah hasil dari aksi pergerakan pemuda dan mahasiswa,” tandasnya. (Murgap)