Ketum DPN Kermahudatara HP Panggabean (ketiga dari kanan) menari Martortor khas adat Batak di Festival Budaya Kermahudatara, yang digelar di Anjungan Sumut, Sabtu sore (19/11/2016). (Foto : Murgap Harahap)
Jakarta, Madina Line.Com – Festival Budaya Kermahudatara (Kerukunan Masyarakat Hukum Adat Nusantara) dan Partisipasi Majelis Gema Gong Pancasila diadakan di Anjungan Sumatera Utara (Sumut) Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu sore (19/11/2016). Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) George Fadly YM menegaskan kepada wartawan Madina Line.Com ketika ditemui di sela-sela acara ini, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), harga mati, karena dirinya sangat cinta NKRI dan seluruh kesenian yang ada di Tanah Air ini.
Acara ini diadakan dalam rangka memeringati Hari Pahlawan 10 November 2016. “Untuk itu, kita satu dalam bingkai NKRI, Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetap satu jua, programnya, meningkatkan ekonomi masyarakat desa,” katanya.
Event ini juga sekalian pemberian hadiah bagi mereka juara dalam lomba yang diikuti oleh 10 (sepuluh) peserta. Rencananya, setiap tahun acara festival seni budaya ini rutin diadakan, tentunya harapannya setiap tahun peserta semakin bertambah.
George mengaku, sangat bangga bisa melaksanakan acara festival budaya ini, tentunya panitia dari tahun ke tahun akan memerbaiki acara, yang pasti, anjungannya dan tempatnya akan berbeda setiap tahun karena dengan seni budaya kita akan dihormati oleh dunia. “Optimis ke depan, acara ini akan bertambah peminatnya dari tahun ke tahun, karena momentum yang digunakan, pasti keanekaragaman seni yang ada di Tanah Air tercinta,” tegasnya.
Masih di tempat yang sama, HP Panggabean selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (Ketum DPN) Kermahudatara menegaskan, diadakannya festival ini sebagai wadah untuk membangun karakter dan seni budaya terhadap anak muda agar mereka semakin mencintai serta melestarikan budaya di Indonesia. “Langkah untuk membangun karakter anak muda dengan menari, dan bermusik, karena setiap anak muda atau masyarakat yang kurang melestarikan budaya itu, dianggap penghianat dan meninggalkan nilai-nilai budaya,” ujar HP Panggabean.
Dijelaskannya, bahwa tidak hanya peserta dari Batak saja yang berpartisipasi dalam acara ini, ada juga peserta dari Ambon, Maluku, Jawa dan Papua yang turut memeriahkan festival ini. “Saya mengharapkan dengan diadakannya festival ini agar semakin banyak anak muda Indonesia yang peduli serta memromosikan seni budaya nusantara yang terancam punah akibat masuknya budaya asing lewat berbagai cara. Kalau mau menjadi bangsa besar ya harus memromosikan budaya bangsa itu, sendiri dulu, agar internasional menghargai budaya kita, memromosikan seni budaya kita sendiri juga dapat menggerakan ekonomi kreatif dan menciptakan lapangan pekerjaan,” terangnya.
HP Panggabean menilai, saat ini Indonesia sedang menghadapi era perpecahan satu suku dengan suku lain karena masih memupuk rasa kebencian di diri pribadi atau per individu. “Untuk itu, pelajari agamamu. Menurut ajaran Agama Islam, kita harus adil terhadap orang yang kita benci,” terangnya.
“Presiden Republik Indonesia (RI) pertama Ir Soekarno pernah mengatakan, kalau jadi Hindu jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen jangan jadi Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia, ada budaya nusantara yang kaya raya. Bung Karno pernah saya salam sebanyak 2 (dua) kali. Berbahagia saya, kala itu,” katanya.
Artinya, sambungnya, sesama anak bangsa Indonesia saling bersaudara. “Jadi agamamu jangan memecah. Agama dan keyakinan boleh beda tetapi semua agama di Indonesia ini mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain,” paparnya.
“Selanjutnya, Presiden RI ke-4 (empat) KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur yang pernah saya salam di Istana Negara mengatakan, kalau kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-Qur’an berarti kamu bertuhankan bukan Allah SWT tetapi Al-Qur’an. Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah SWT tetapi agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah SWT tetapi moral. Pertuhankanlah Allah SWT bukan yang lainnya dan pembuktian, bahwa kamu memertuhankan Allah SWT kamu harus menerima semua makhluk karena begitulah sifat Allah SWT,” ungkapnya.
Demikian juga, filosofi dari Alwi Shihab pernah mengatakan, sambungnya, siapa pun yang berjalan di jalan yang benar, berani melawan kemungkaran, berani menegakan kebenaran, maka itulah dia, bantu dia. “Jangan bertanya apa agamanya, apa Tuhannya, siapa bapaknya, sesungguhnya Tuhan berhak mengutus siapa pun untuk dihidupkan di bumi ini,” tandasnya. (Murgap)